BAB I
PENDAHULUAN
Menurut John Dewey, filsafat merupakan teori umum, sebagai landasan dari semua pemikiran umum mengenai pendidikan. Dalam kaitan filsafat dengan filsafat pendidikan Hasan Langgulung ( dalam Jalaluddin, 1997:22), beliau berpendapat bahwa filsafat dan filsafat pendidikan menjadi sangat penting sebab akan menjadi dasar , arah dan pedoman suatu sistem pendidikan, dimana filsafat pendidikan adalah aktifitas pemikiran sebagai hasil pengkajian secara teratur dan mendalam yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan dan mengharmoniskan serta menerangkan nilai – nilai dan tujuan yang akan dicapai. Dengan kata lain, filsafat berfungsi memberi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran filsafat tertentu dan memiliki relevansi dengan kebutuhan yang nyata. Dalam hal ini, filsafat pendidikan mempunyai tugas untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori – teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan.
Dalam filsafat terdapat berbagai aliran filasafat pendidikan yang memberikan pandangan tentang pelaksanaan pendidikan. Implikasi berbagai aliran tersebut dapat diamati di sekolah – sekolah , yaitu apa tujuan dari pendidikan di suatu sekolah, bagaimana kedudukan peserta didik dan peran guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik, metode apa yang digunakan dalam proses pembelajaran di kelas, dan kurikulum pembelajaran yang dirancang oleh masing – masing sekolah.
Berdasarkan aliran – aliran filsafat pendidikan tersebut, perlu diadakan observasi langsung ke sekolah – sekolah guna melihat aliran apa yang diterapkan oleh guru di sekolah. Observasi dilakukan dengan melihat kegiatan belajar mengajar di kelas, bagaimana interaksi antara guru dan siswa di kelas, apakah menerapkan salah satu aliran filsafat pendidikan para ahli.
Observasi ini dilakukan di SMP Budi Murni di Jalan Timur, Medan pada tanggal 26 Nopember 2009. Observasi dilakukan dengan melihat proses belajar mengajar di dalam kelas, bagaimana interaksi antara guru dan siswa, serta melihat bagaimana peran guru dan bagaimana guru memposisikan siswanya sebagai peserta didik. Selanjutnya hasil observasi akan dibandingkan dengan teori aliran – aliran filsafat pendidikan para ahli dan dapat dilihat aliran mana yang diterapkan oleh guru dan sekolah.
Sebenarnya, peran filsafat dalam dunia pendidikan penting, yaitu sebagai kerangka acuan guna mewujudkan cita – cita pendidikan yang diharapkan oleh masyarakat. Dengan adanya observasi ini, diharapkan dapat mengetahui relevansi teori aliran filsafat pendidikan yang dikatakan oleh para ahli dengan kenyataan di sekolah. Apakah teori tersebut masih diterapkan oleh sekolah, dan memberikan dampak yang positif terhadap pendidikan di sekolah atau sebaliknya. Karena adanya perkembangan dan perubahan yang terjadi dari zaman ke zaman dengan corak dan ciri yang berbeda, maka akan cenderung memacu manusia untuk berpikir mencari nilai kebenaran dan tujuan pendidikan yang diinginkan.
BAB II
TINJAUAN KONSEP PELAKSANAAN PENDIDIKAN MENURUT BERBAGAI ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN
1. Idealisme
Prinsip aliran idealisme mendasari semua yang ada dan yang nyata di alam ini hanya idea, dunia idea merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan alam nyata seperti yang Nampak dan tergambar. Artinya, manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi kehidupan manusia,karena benda atau materi disebut dengan penjelmaan dari roh.
Dalam pendidikan, berdasarkan pendapat aliran ini, guru harus membimbing peserta didik karena pengetahuan terbaik adalah pengetahuan yang dikeluarkan dalam diri peserta didik, bukan dimasukkan dalam peserta didik.
2. Realisme
Prinsip aliran realisme dikemukakan oleh salah seorang tokoh atau penganut realism yaitu Johan Amos Comenius, yang menyatakan bahwa manusia selalu berusaha untuk mencapai tujuan hidup berupa, pertama keselamatan dan kebahagiaan hidup yang abadi. Kedua, adalah kehidupan dunia adalah mencapai kehidupan dunia yang sejahtera dan damai.
Dalam pendidikan, pelajaran harus didasarkan pada minat peserta didik, setiap mata pelajaran harus memiliki outline proses belajar mengajar, silabus, RPP. Pembelajaran di kelas berlangsung secara berkesinambungan mengikuti perkembangan zaman dan didukung oleh gambar – gambar, peta, foto dan hasil karya peserta didik sehingga aktivitas siswa dan guru dapat membantu pengembangan hakikat manusia.
3. Materialisme
Aliran materialisme adalah suatu aliran yang mementingkan kebendaan bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini ialah yang dapat diobservasi baik wujud maupun gerakannya serta peristiwa yang terjadi. Filusuf Julian Offray dalam filsafatnya menganggap bahwa alam dan manusia merupakan mesin otomatis karena ia mempunyai gerakan didorong oleh materi. Artinya, jiwa tanpa badan tidak mungkin ada, sedangkan badan tanpa jiwa masih dapat bergerak dan bertindak.
Dalam pendidikan, materi yang dipentingkan adalah perilaku yang dapat diamati dan dapat diukur. Artinya , proses pendidikan atau pembelajaran mementingkan keterampilan dan pengetahuan akademis yang empiris sebagai hasil kajian sains, serta perilaku sosial sebagai hasil belajar.
4. Pragmatisme
Merupakan aliran filsafat Amerika asli, yang berpendapat bahwa sumber pengetahuan manusia adalah apa yang mereka alami. Pragmatisme berasal dari kata “Pagma” yang berarti praktek atau aku berbuat. Manusia akan selalu berubah dan berkembang, untuk itu manusia akan bergerak menyesuaikan diri dengan keadaan terhadap perubahan dalam lingkungannya agar dapat bertahan hidup.
Dalam pendidikan, menurut pandangan pragmatisme, peserta didik dibentuk dalam suatu proses terorganisir dari pengalaman – pengalaman peserta didik masing – masing yang artinya manusia selalu belajar dari pengalamannya. Maka, guru harus menciptakan pembelajaran yang tidak memaksakan tetapi dapat membangkitkan minat siswa dalam pembelajaran.
5. Eksistensialisme
Aliran ini berpendapat bahwa hanya manusialah yang bereksistensi, manusialah yang menjadi pusat perhatian. Manusia bebas menjadi apa dan bebas menentukan keputusan komitmennya sendiri dengan cara menciptakan dirinya secara aktif. Merencanakan, berbuat dan menjadi. Tetapi, manusia tidak terpisah dari dunia sekitarnya, artinya manusia terikat dan realistis dalam eksistensinya.
Pendidikan menurut filsafat ini bertujuan mengembangkan kesadaran individu, memberi kesempatan untuk bebas memilih etika, mendorong pengembangkan pengetahuan diri sendiri, bertanggung jawab sendiri, dan mengembangkan komitmen diri sendiri. Materi pelajaran harus memberi kesempatan aktif sendiri, merencana dan melaksanakan sendiri, baik dalam bekerja sendiri maupun kelompok. Materi yang dipelajari ditekankan kepada kebutuhan langsung dalam kebutuhan manusia. Peserta didik perlu mendapatkan pengalaman atau strategi untuk mengahadapi perbedaan-perbedaan peserta didik. Guru harus bersifat demokratis dengan teknik mengajar langsung.
6. Progresivisme
Aliran progresivisme menganggap bahwa manusia mempunyai jiwa perubahan, relativitas, kebebasan, dinamika, ilmiah, dan perbuatan nyata. Menurut filsafat ini tidak ada tujuan yang pasti, begitu pula tidak ada kebenaran yang pasti. Tujuan dan kebenaran itu bersifat relatif, apa yang sekarang dipandang benar karena dituju dalam kehidupan, tahun depan belum tentu masih tetap benar. Ukuran kebenaan adalah yang berguna bagi kehidupan manusia hari ini.
Aliran progesivisme telah memberikan sumbangan yang besar di dunia pendidikan saat ini. Aliran ini telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada peserta didik. Dimana, diberikan kebaikan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain (Ali, 1990: 146). Oleh karena itu, filsafat progesivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriterSebagai konsekuensi dari pandangan ini, maka yang dipentingkan dalam pendidikan adalah mengembangan peserta didik untuk bisa berpikir, yaitu bagaimana berpikir yang baik. Hal ini bisa tercapai melalui metode belajar pemecahan masalah yang dilakukan oleh anak-anak itu sendiri. Karena itu pendidikan menjadi pusat pada anak. Untuk mempercepat proses perkembangan mereka juga menekankan prinsip mendisiplin diri sendiri, sosialisasi, dan demokratisasi. Perbedaan-perbedaan individual juga sangat mereka perhatikan dalam pendidikan.
7. Perenialisme
Perenialisme menganggap pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktik bagi kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang. Jadi, perenialisme merupakan hasil pemikiran yang memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk bersikap tegas dan lurus. Menurut perenialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif. Jadi, dengan berpikir maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan. Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal dan memahami factor – factor dan problema yang perlu diselaraskan dan berusaha mengadakan penyelesain masalahnya. Diharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan karya –karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental, karya ini merupakan buah pikiran besar pada masa lampau.
Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, IPA dan lain – lain. Tugas utama pendidikan adalah mempersiapkan anak didik kea rah kematangan. Matang dalam arti hidup akalnya. Jadi, hal inilah yang perlu mendapat tuntunan kea rah kematangan tersebut. Sekolah rendah memberikan pendidikan dan pengetahuan serba dasar. Dengan pengetahuan yang tradisional seperti membaca, menulis, dan berhitung, anak didik memperoleh dasar penting bagi pengetahuan – pengetahuan yang lain. Sekolah sebagai tempat utama dalam pendidikan, tugas utama guru adalah memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak didik. Dengan kata lain, keberhasilan anak dalam bidang akalnya sangat tergantung kepada guru.
8. Esensialisme
Filsafat pendidikan Esesialisme bertitik tolak dari kebenaran yang telah terbukti berabad-abad lamanya. Kebenaran seperti itulah yang esensial, yang lain adalah kebenaran secara kebetulan saja. Kebenaran esensial itu adalah kebudayaan klasik yang muncul pada zaman Romawi yang menggunakan buku-buku klasik ditulis dengan bahasa latin dikenal dengan nama Great Book.
Tekanan pendidikannya adalah pada pembentukan intelektual dan logika. Dengan mempelajari kebudayaan Yunani-Romawi yang menggunakan bahasa latin yang sulit itu, diyakini otak peserta didik akan terarah dengan baik dan logikanya akan berkembang. Disiplin sangat diperhatikan, pelajaran dibuat sangat berstruktur, dengan materi pelajaran berupa warisan kebudayaan, yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga mempercepat kebiasaan berpikir efektif, pengajaran terpusat pada guru.
9. Rekonstruksionisme
Kata Rekonstruksionisme berasal dari bahasa Inggris reconstruct, yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Sekolah haruslah mempelopori masyarakat ke arah masyarakat baru yang diinginkan. Aliran rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu berawal dari krisis kebudayaan modern. Menurut Muhammad Noor Syam (1985: 340), kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan, dan kesimpangsiuran.
Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia. Karenanya, pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat melalui pendidikan yang tepat akan membina kembali manusia dengan nilai dan norma yang benar pula demi generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.
Di samping itu, aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur dan diperintah oleh rakyat secara demokratis, bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu. Cita-cita demokrasi yang sesungguhnya tidak hanya teori, tetapi mesti diwujudkan menjadi kenyataan, sehingga mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit,, keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.
Tabel 1. Implikasi Aliran Filsafat Pendidikan Pada Sekolah
Aliran filsafat Pendidikan Implikasi Aliran Filsafat Dalam Pendidikan
Tujuan Pendidikan Kedudukan Peserta Didik Peranan Guru Kurikulum Metode
1. Idealisme Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.
Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya/bakatnya.
Bekerjasama dengan alam dalam proses pengembangan manusia terutama bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan peserta didik.
Dengan kurikulum pendidikan liberal untuk mengembangkan kemampuan rasional dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan.
Digunakan metode dialektika tetapi metode lain yang lain dapat dimanfaatkan
2. Realisme Untuk penyesuaian hidup dan bertanggungjawab sosial Peserta didik mengetahui pengetahuan yang handal, dapat dipercaya. Disiplin yang baik adalah disiplin mental dan moral untuk memperoleh hasil yang baik Guru harus menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan menuntut prestasi dari peserta didik. Kurikulum komprehensif, mencakup semua pengetahuan teori dan praktis. Belajar bergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung , dan metode penyampaian harus logis dan psikologis, misalnya ; metode peragaan dan induktif.
3. Materialisme Mempersiapkan manusia sesuai dengan kapasitasnya agar memiliki tanggungjawab hidup social dan pribadi yang kompleks Tidak ada kebebasan, pembentukan peserta didik dirancang dan diatur dari luar Guru berkuasa untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan, guru dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar peserta didik. Isi pengetahuan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya, diorganisir, dan selalu berorientasi pada tujuan yang diharapkan dari peserta didik Kondisionisasi (SR conditioning). Operant conditioning, reinforcement, pelajaran berprogram dan kompetensi
4. Pragmatisme Memberi pengalaman untuk penemuan hal – hal baru dalam kehidupan sosial dan pribadi. Peserta didik dianggap memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang. Guru memfasilitasi, mendorong dan mengarahkan serta membimbing peserta didik sehingga pembelajaran berlangsung tanpa ada unsur pemaksaan, sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Kurikulum berisi pengalaman yang teruji, dapat berubah, dan dikembangkan berdasarkan minat dan kebutuhan peserta didik Menggunakan belajar sambil bekerja (learning by doing), peserta didik aktif dalam pembelajaran
5. Eksistensialisme Pendidikan memberikan bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam semua bentuk kehidupan. Peserta didik adalah manusia yang rasional, bebas memilih dan bertanggungjawab atas pilihannya. Guru melindungi dan memelihara kebebasan akademik Kurikulum bersifat liberal, yaitu memiliki kebebasan memilih dan menentukan aturan – aturan serta pengalaman belajar sesuai dengan minat, kebutuhan peserta didik dan diajarkan pendidikan social. Penggunaan metode tidak terlalu dipikirkan dan mendalam asalkan mencapai tujuan yakni kebahagiaan dan kepribadian yangbaik.
6. Progresivisme Pendidikan untuk membina peserta didik berpikir rasional serta menjadi manusia cerdas yang berkonstribusi pada masyarakat. Peserta didik memiliki kesempatan yang luas untuk bekerjasama dalam kelompok dan memecahkan masalah. Guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator agar peserta didik terdorong dan terbantu untuk belajar dn mencari pengalaman. Dasar pembuatan kurikulum adalah minat – minat peserta didik bukan disiplin ilmu atau akademik. Metode diarahkan agar terjadi pembelajaran efektif dan aktif . Misalnya diadakan pendekatan laboratorium, kunujungan lapangan, simulasi, bermain peran, eksplorasi internet dan aktivitas lainnya yang menimbulkan pengalaman.
7. Perenialisme Pendidikan diharapkan dapat menciptakan pemuliaan manusia dan memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti dan abadi. Misalnya mata pelajaran : Bahasa, sejarah, Matematika, IPA, filsafat, dan seni Peserta didik dipersiapkan untuk hidup, dengan mengembangkan pikiran dan bawaannya sesuai dengan tujuan. Peserta didik harus mempelajari karya – karya besar dalam literature yang menyangkut ilmu pasti dan abadi. Guru memformulasikan masalah yang kemudian didiskusikan dan disimpulkan oleh kelas. Sehingga, dengan iklim kritis dan demokratis yang dibangun dalam kultur ini, peserta didik dapat mengetahui pendapatnya sendiri sekaligus menghargai perbedaan pemikiran yang ada. Pembuatan kurikulum didasarkan pada persiapan untuk hidup maka pendidikan harus sama kapanpun dan dimanapun berada. Memakai metode trial and error untuk memperoleh pengetahuan proposisional
8. Esensialisme Pendidikan untuk menanamkan disiplin, kerja keras dan rasa hormat peserta didik. Sehingga tercipta kesejahteraan dan kebahagiaan dengan tuntutan demokrasi. Peserta didik dipandang sebagai manusia yang memiliki kemampuan yang dapat berkembangn dengan baik apabila dilibatkan secara aktif serta diberi motivasi dan semangat dalam pembelajaran. Pelaksanaan pendidikan datang dari guru. Inisiatif pelaksanaan pendidikan datang dari guru. Guru memberi motivasi dan semangat untuk belajar kepada peserta didik. Kurikulum berpusat pada mata pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan membaca, menulis, berhitung, dan berbicara terutama dikembangkan pada pendidikan dasar. Metode yang digunakan adalah metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental. Misalnya metode problem solving.
9. Rekonstruksional Tujuan pendidikan adalah menciptakan aturan social yang ideal, adanya transmisi budaya dalam kegiatan pendidikan. Nilai – nilai budaya peserta didik sangat dihargai di sekolah. Keluhuran dan tanggungjawab social ditingkatkan. Guru menghargai dengan tulus dan ikhlas budaya dalam setiap interaksi di dalam kelas maupun di luar kelas. Kurikulum di sekolah harus diwarnai oleh semua budaya dan nilai – nilai yang berhubungan dengan sekolah, tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas atau budaya yang disukai. Metode yang digunakan adalah Learning By Doing (belajar sambil bekerja) dan juga metode lain dalam pendidikan progresif
BAB III
TINJAUAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN YANG BERLANGSUNG DI SEKOLAH
Nama Sekolah : SMP Budi Murni
Alamat : Jalan Timur, Medan
Hari/Tanggal Observasi : Kamis, 26 Nopember 2009
Kelas : VIII
Mata Pelajaran : Matematika, PPKN, dan Elektronika
Mata Pelajaran Konsep Aliran Filsafat Pendidikan Di Sekolah Implementasi Kegiatan Belajar Sesuai Dengan Aliran Filsafat Dalam Pembelajaran Di Kelas Aliran Yang Diterapkan
Matematika a. Tujuan Pendidikan :
– Ada Pengembangan bakat, kemampuan, dasar serta kebaikan sosial
– Pembelajaran mencerminkan penyesuaian hidup dan tanggungjawab sosial
– Ada pembinaan disiplin, kerja keras dan rasa hormat
b. Peran Guru :
– Guru menguasai pengetahuan, terampil, dan menuntut prestasi siswa
– Guru berkuasa mengontrol dan merancang pembelajaran
– Guru memfasilitasi, mendorong dan mengarahkan siswa agar dapat menyelidiki, mengamati, dan menarik kesimpulan sendiri serta bekerjasama memecahkan masalah yang dihadapinya.
– Guru sebagai pembimbing dan fasilitator
– Kendali pelaksanaan pembelajaran adalah guru Idealisme, Realisme, Materialisme, Esensialisme
Realisme, materialisme, pragmatism, esensialisme
c. Status/kedudukan peserta didik:
– Siswa diikat dengan peraturan
– Tidak ada kebebasan peserta didik, mereka dituntut untuk belajar sesuai rancangan. Realisme, materialisme, pragmatism
d. Metode Pembelajaran:
– Pembelajaran berlangsung secara berkesinambungan.
– Problem Solving. Realisme, esensialisme, materialisme
e. Bahan Ajar :
– Pembelajaran teori dan praktis
– Isi pendidikan mencakup materi terpercayadan terorganisir Realisme
2. PPKN (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) a. Tujuan Pendidikan :
– Ada Pengembangan bakat, kemempuan dasar serta kebaikan sosial
– Pembelajaran Mencerminkan penyesuaian hidup dan tanggungjawab sosial
– Memberikan pengalaman untuk penemuan hal – hal baruu
– Ada pembinaan disiplin kerja keras, dan rasa hormat
Idealisme, pragmatism, esensialisme
b. Peran Guru :
– Guru membuat RPP dan silabus
– Guru menyampaikan garis – garisbesar pembelajaran yang akan dipelajari siswa
– Guru berkuasa dan mengontrol pembelajaran
– Guru menampilkan kerjasama yang baik dengan peserta didik
– Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih
– Guru sebagai pembimbing dan fasilitator
– Kendali pelaksanaan pembelajaran adalah guru
Materialisme, realism, pragmatism, eksestensialisme, progresivisme
c. Status/kedudukan Peserta Didik :
– Siswa bebas mengembangkan bakat
– Siswa bebas berdialektika mengemukakan pendapat
– Siswa juga diikat dengan peraturan Idealisme, realism
d. Metode Pembelajaran:
– Belajar dengan gambar, foto, atau media lain
– Sering membentuk kelompok
– Sering mengadakan praktek pembelajaran (kunjungan lapangan)/simulasi/bermain peran/eksplorasi internet, dll
– Pendidikan dengan usaha keras, tidak timbul dari siswa Realisme, rekonstruksionisme, esensialisme
f. Bahan Ajar ;
– Pembelajaran mengikuti perkembangan pengetahuan terus – menerus
– Pembelajaran teori dan praktis
– Isi pendidikan mencakup materi terpercaya dn terorganisir Realisme, materialisme
3. Elektronika a. Tujuan Pendidikan :
– Mencerminkan pendidikan agar manusia perlu pendidikan terkontrol supaya menjadi baik
– Mempersiapkan manusia sesuai dengan kapasitasnya
– Memberikan pengalaman untuk penemuan hal – hal baru
– Memfokuskan pengalaman siswa
– Memberi mata pelajaran yang tidak hanya penting sesaat saja atau harus mampu menjadi pemecahan masalah ke depan
– Ada pembinaan disiplin, kerja keras dan rasa hormat. Materialisme, Pragmatisme, Eksistensialisme, Progresivisme, Esensialisme.
Materialisme, Realisme, Pragmatisme, Eksistensialisme, Progresivisme, Esensialisme
b. Peran Guru :
– Guru membuat RPP dan silabus
– Guru menyampaikan garis – garisbesar pembelajaran yang akan dipelajari siswa
– Guru menguasai pengetahuan, terampil, dan menuntut prestasi siswa
– Guru berkuasa mengontrol dan merancang pembelajaran
– Guru tidak memaksakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kemampuan siswa
– Guru menampilkan kerjasama yang baik dengan siswa
– Guru memfasilitasi, mendorong, dan mengarahkan siswa agar dapat menyeleidiki, mengamati, dan menarik kesimpulan sendiri serta bekerjasama dalam memecahkan masalah yang dihadapi siswa
– Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih dan memberi siswa pengalaman – pengalaman
– Guru sebagai pembimbing dan fasilitator
– Kendali pelaksanaan pembelajaran adalah guru
Idealisme, Realisme, Materialisme, Pragmatisme, Rekonstruksionisme
c. Status/kedudukan peserta didik :
– Siswa bebas mengembangkan bakat dan minat
– Siswa bebas berdialektika mengemukakan pendapat
– Siswa diikat dengan peraturan
– Siswa diberi masalah dalam suatu kondisi sehingga muncul motivasi untuk mengembangkannya
– Nilai – nilai budaya siswa sangat dihargai Realisme, Rekonstruksionisme, Esensialisme, Progresivisme
d. Metode Pembelajaran :
– Pelajaran tidak dipaksakan dari luar
– Belajar dengan gambar, peta, foto atau media lain
– Pembelajaran berlangsung secara berkesinambungan (ada kaitan dengan materi sebelumnya/pertemuan sebelumnya)
– Penyampaian pembelajaran tergantung pada pengalaman, baik langsung/tidak, tegas dan logis.
– Kondisionisasi yaitu adanya pembiasaan perilaku
– Learning by doing Realisme, Materialisme
e. Bahan Ajar ;
– Pembelajaran mengikuti perkembangan pengetahuan terus menerus
– Pembelajaran teori dan praktis
– Isi pendidikan mencakup materi terpercaya dan terorganisir
BAB IV
TINJAUAN PENERAPAN KONSEP ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DALAM PRAKTEK PELAKSANAAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR BACAAN
Jalaluddin dan Abdullah. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta : Gaya Media Pratama
Tim Pengajar. 2009. Filsafat Pendidikan. Medan : Universitas Negeri Medan
Continue reading →